Label

Selasa, 31 Desember 2013

KOMPONEN DALAM KONSELING



KOMPONEN DALAM KONSELING
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Konseling
Dosen Pengampu: Maryatul Qibtiyah Dra., M.Pd

  







Disusun Oleh :

Lestri Nurratu           ( 111111038 )


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013


I.                   PENDAHULUAN
Bimbingan berasal dari bahasa Inggris “Guidance”. Guidance berarti pemberian petunjuk, pemberian bimbingan, atau pemberian bantuan pada orang lain yang membutuhkan. Dan bersifat preventif, yaitu untuk mencegah terjadinya permasalahan yang mungkin akan terjadi pada klien.
Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya (Frank Parson, dalam Jines, 1951)
Secara etimologis istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu “Counsilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”.[1] Selain itu Counseling juga dapat diartikan sebagai pemberian nasehat terhadap orang lain secara langsung. Bersifat kuratif, yaitu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan suatu pemberian bantuan yang dilakukan oleh suatu ahli kepada indivudu yang sedang mengalami masalah agar dapat menyelesaikan masalahnya sendiri agar dapat tercapainya kebahagiaan iutuk dirinya dan juga kemanfaatan untuk lingkungan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam bimbingan konseling terdapat tiga komponen penting yaitu konselor, konseli, dan juga masalah. Untuk itu dalam makalah ini penulis mencoba untuk membahas ketiga komponen dalam bimbingan dan konseling tersebut.
II.                RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan konselor dalam konseling?
2.      Siapakah klien itu?
3.      Apakah masalah itu?
III.             PEMBAHASAN
1.      Konselor dalam Konseling
1.1  Definisi Konselor
Beberapa ahli telah memberikan definisi tentang konselor, diantaranya:
a.       Hartono dan Boy Soedarmaji dalam buku psikologi konseling, konselor adalah seorang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling dan tenaga professional.
b.      Jones, menyatakan bahwa konselor adalah kegiatan di mana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa (konseli) difokuskan kepada masalah tertentu untuk dibatasi sendiri oleh yang bersangkutan, di mana ia diberikan bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah.[2]
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konselor adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling untuk membantu individu yang sedang mempunyai masalah.
Konselor merupakan salah satu komponen dalam proses konseling. Peneliti berpendapat bahwa kepribadian konselor merupakan komponen paling penting dalam konseling. Perez menyatakan, “Temuan penelitian menunjukan bahwa pengalaman, orientasi teoritis dan teknik yang digunakan bukanlah penentu utama bagi keefektifan seorang terapis, akan tetapi kualitas pribadi konselor, bukan pendidikan dan pelatihannya sebagai criteria dalam evaluasi keefektinannya.”
Kepribadian konselor merupakan titik tumpu yang berfungsi sebagai penyeimbang antara pengetahuan mengenai dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik.[3] Namun jika keadaan kepribadian konselor sedang tidak mendukung dan membantu, maka pengetahuan dan keterampilan konselor tidak akan efektif untuk digunakan.
Akan tetapi, kepribadian konselor tidak dapat mengganti kekurangan pengetahuan tentang perilaku dan keterampilan terapeutik. Pembentukan kualitas kepribadian tidak sama dengan proses perolehan pengetahuan tentang prilaku dan keterampilan terapeutik. Kualitas kepribadian berkembang dari perpaduan yang terjadi secara terus-menerus antara genetika, konstitusi, pengaruh lingkungan, dan cara-cara unik orang dalam memadukan semua itu sehingga menjadi pribadi yang khas.[4]
1.2  Kualitas Konselor
Berikut ini akan dikemukakan beberapa karakteristik kualitas kepribadian konselor yang terkait dengan keefektifitasan konseling:[5]
a.       Pengetahuan mengenai diri sendiri (self-knowledgei)
Pentingnya pengetahuan konselor tentang dirinya sendiri dengan alasan :
Pertama, seorang konselor yang mengetahui persepsi dirinya dengan baik cenderung untuk mengetahui persepsi diri klien yang sedang dibantu.
Kedua, keterampilan konselor yang digunakan untuk memahami dirinya adalah keterampilan yang sama untuk memahami klien.
Ketiga, konselor yang telah memiliki keterampilan yang digunakan untuk memahami diri sendiri memungkinkan konselor dapat mengajarkannya kepada klien.
Keempat, pengetahuan diri sendiri memungkinkan konselor merasakan dan komunikasi secara baik dengan klien dalam konseling.
b.      Kompetensi
Mempunyai makna sebagai kualitas fisik, intelektual, emosional, social, dan moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien.
c.       Kesehatan psikologi yang baik
Seorang konselor harus menjadi model kondisi kesehatan psikologis yang baik bagi kliennya. Artinya adalah konselor harus selalu sehat psikisnya dari pada klien.
d.      Dapat dipercaya (trustworthtness)
Dapat dipercaya mempunyai makna bahwa konselor bukan sebagai ancaman bagi klien dalam konseling akan tetapi sebagai pihak yang memberi rasa aman.


e.       Kejujuran (honest)
Kejujuran yang mutlak mempunyai makna bahwa seorang konselor harus terbuka, otentik, dan sejati dalam penampilannya.
f.       Kekuatan atau daya (strength)
Kekuatan konselor mempunyai peranan yang sangat penting dalam konseling karena memungkinkan klien merasa aman dalam konseling
g.      Kehangatan (warmth)
Kehangatan mempunyai makna sebagai suatu kondisi yang mampu menjadi pihak yang ramah, peduli, dan dapat menghibur orang lain.
h.      Pendengaran yang aktif (active responsiveness)
Konselor secara dinamis terlibat dengan proses seluruh konseling. Menjadi pendengar aktif merupakan penengah antara perilaku hiperaktif yang mengganggu dengan perilaku pasif dan kebingungan.
2.      Konseli dalam Konseling
Konseli merupakan individu yang diberi bantuan profesional oleh konselor atas permintaan dia sendiri atau orang lain. Ada konseli yang datang dengan sukarela menemui konselor, namun ada juga konseli yang terpaksa datang pada konselor. Konseli yang datang dengan sukarela disebut konseli sukarela, artinya konseli ini sadar bahwa dalam dirinya ada suatu kekurangan atau masalah yang memerlukan bantuan seorang ahli. Konseli yang datang pada konselor dengan terpaksa disebut konseli terpaksa, artinya konseli ini datang bukan atas keinginannya sendiri. Dia bisa saja datang atas dorongan orang tua, wali kelas, teman, dan sebagainya.[6]
Shertzer & Stone (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal, yaitu :
1.    Kepribadian konseli. Konseli dilatarbelakangi oleh sikap, nilai-nilai, pengalaman, perasaan, budaya, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Semua itu membentuk kepribadiannya yang berbeda antara konseli satu dengan yang lain.
2.    Harapan konseli. Sering terjadi bahwa konseli menaruh harapan terlalu tinggi terhadap proses konseling, sedangkan kenyataannya konseling tidak memenuhi harapan tersebut dan akan menimbulkan kekecewaan pada diri konseli. Karena itu perlu digali sejauh mungkin apa yang ada di belakang harapan seorang konseli.
3.    Pengalaman atau pendidikan konseli. Dengan pengalaman dan pendidikan yang tersebut, konseli akan mudah menggali dirinya sehingga persoalannya makin jelas dan upaya pemecahannya makin terarah.
3.      Masalah dalam Konseling
Masalah adalah problem yang dihadapi konseli dan merupakan inti dari proses konseling Islam untuk diatasi. Menurut Merlyn Cundiff, dalam bukunya “The Power of Silent Command” yang dikutip oleh Witijasoku dalam karya individualnya “Definisi Masalah adalah Awal Penyelesaian Masalah” mengemukakan bahwa: Masalah adalah perbedaan antara apa yang kita miliki. Jadi, bila kenyataan yang kita hadapi tidak identik dengan apa yang kita inginkan, berarti kita punya masalah, bila apa yang kita hadapi sekarang, tidak sesuai dengan yang kita inginkan, berarti kita punya masalah.[7]
Individu memiliki masalah yang berbeda satu sama lain sehingga bantuan yang diberikan pun akan berbeda dari konseli satu dengan konseli lain. Pada umumnya jenis masalah yang dihadapi oleh individu antara lain:[8]
a.       Masalah Belajar
Dalam hubungan ini individu merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan pelajaran.
b.      Masalah Pendidikan
Dalam hal ini individu mengalami berbagai kesulitan yang  berhubungan dengan kegiatan pendidikan pada umumnya.
c.       Masalah Pekerjaan
Masalah-masalah ini berhubungan dengan pemilihan kerja.
d.      Penggunaan Waktu Senggang
Masalah ini dirasakan oleh individu dalam menghadapi waktu-waktu yang luang yang tidak terisi oleh suatu kegiatan tertentu.
e.       Masalah Sosial
Kadang-kadang individu menghadapi kesulitan atau masalah dalam hubungannya dengan individu lain atau dengan lingkungan sosialnya. Masalah itu timbul karena kekurang-mampuan individu untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya, atau lingkungan sosial itu sendiri yang sesuai dengan keadaan dirinya.
f.       Masalah Pribadi
Dalam situasi tertentu kadang-kadang individu dihadapkan pada suatu kesulitan yang bersumber dari dalam dirinya.Masalah-masalah ini timbul karena individu merasa kurang berhasil dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya.
Adapun masalah-masalah konseling Islam secara garis besar dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu:
1. Masalah pendidikan
2. Masalah perkawinan/keluarga
3. Masalah pekerjaan,
4. Masalah kejiwaan/keagamaan.
Secara agak mendetail konseling Islam itu diperlukan untuk masalah-masalah:
a) Perkawinan/keluarga
b) Sosial
c) Pendidikan
d) Pekerjaan
e) Keagamaan
f) Perilaku menyimpang dan criminal
g) Perilaku fanatic



IV.             KESIMPULAN
konselor adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling untuk membantu individu yang sedang mempunyai masalah. Konselor merupakan salah satu komponen dalam proses konseling. Peneliti berpendapat bahwa kepribadian konselor merupakan komponen paling penting dalam konseling.
Konseli merupakan individu yang diberi bantuan profesional oleh konselor atas permintaan dia sendiri atau orang lain. Ada konseli yang datang dengan sukarela menemui konselor, namun ada juga konseli yang terpaksa datang pada konselor. Konseli yang datang dengan sukarela disebut konseli sukarela, artinya konseli ini sadar bahwa dalam dirinya ada suatu kekurangan atau masalah yang memerlukan bantuan seorang ahli. Konseli yang datang pada konselor dengan terpaksa disebut konseli terpaksa, artinya konseli ini datang bukan atas keinginannya sendiri. Dia bisa saja datang atas dorongan orang tua, wali kelas, teman, dan sebagainya.
Masalah adalah problem yang dihadapi konseli dan merupakan inti dari proses konseling Islam untuk diatasi. Menurut Merlyn Cundiff, dalam bukunya “The Power of Silent Command” yang dikutip oleh Witijasoku dalam karya individualnya “Definisi Masalah adalah Awal Penyelesaian Masalah” mengemukakan bahwa: Masalah adalah perbedaan antara apa yang kita miliki. Jadi, bila kenyataan yang kita hadapi tidak identik dengan apa yang kita inginkan, berarti kita punya masalah, bila apa yang kita hadapi sekarang, tidak sesuai dengan yang kita inginkan, berarti kita punya masalah.
V.                PENUTUP
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua. Dalam pembuatan makalah pasti ada kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan makalah selanjutnya.





DAFTAR PUSTAKA
Prayitno dan Erma Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999)
Surya, Mohamad, Psikologi Konseling, (Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy, 2003)
http://id.shvoong.com/sosial-sciences/counseling/2205100-pengertian-masalah(22/09/2013, 10.00)
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/12/komponen-dasar-bimbingan-konseling.html  (22/09/2013, 09.30)


[1] Prayitno dan Erma Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hal: 99
[2] www.slideshare.net/waghyoearryee1/konselor/25-09-2013/21:57
[3] Mohamad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy, 2003), hal: 57
[4] Ibid, Mohamad Surya, hal: 58
[5] Ibid, Mohamad Surya, hal: 64
[6] http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/12/komponen-dasar-bimbingan-konseling.html (22/09/2013, 09.30)
[7] http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/12/komponen-dasar-bimbingan-konseling.html (22/09/2013, 09.30)
[8] http://id.shvoong.com/sosial-sciences/counseling/2205100-pengertian-masalah(22/09/2013, 10.00)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar