I.
PENDAHULUAN
Menurut Sigmund Freud, penyakit
mental disebabkan oleh gejala teanan yang berada pada lapisan ketidak sadaran
jiwa manusia. Sejak awal-awal abad kesembilan belas boleh dikataan para ahli
dokter mulai menyadari akan adanya hubungan antara penyakit dengan kondisi dan
psikis manusia. Hubungan timbale balik ini menyebabkan manusia dapat menderita
gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental (Somapsikotis)dan
sebaliknya gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik (Psikosomatik). Dan
antara factor mental yang didefinisikan sebagai potensial dan menimbulkan
gejela tersebut adalah keyakinan agama.
Agama dapat memberikan dampak yang
cukup berarti dalam kehidupan manusia, termasuk terhadap kesehatan. Bahkan
menurut Mc Guire, agama sebagai system nilai berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat modern dan berperan dalam membuat perubahan social.
Dalam makalah ini, penulis mencoba
menjelaskan secara sederhana mengenai apa itu manusia dan agama, pengaruh agama
terhadap esehatan mental, dan terapi keagamaan.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
hubungan Manusia dan Agama ?
2.
Bagaimanakah
Pengaruh agama dan kesehatan mental itu?
3.
Fungsi
Terapi Keagamaan Terhadap Kesehatan Mental ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Manusia
dan Agama
Psikologi agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian khusus
para ahli psokologi terhadap peran agama dalam ehidupan kejiwaan manusia. Agama
dinilai sebagai bagian dari kehidupan pribadi manusia yang erat kaitannya
dengan gejala-gejala psikologi.
Agama menurut Freud tampak dalam perilaku manusia sebagai
simbolisasi dari ebencian terhadap ayah yang difleksikan dalam bentuk rasa
takut kepada tuhan. Secara psikologi agama merupakan ilusi manusia. Namun lain
halnya dengan Skinner, seorang psikolog penganut behaviorisme mengatakan
bahwa agama memiliki institusi terhadap kehidupan masyarakat. Agama merupakan
sebuah isme social yang lahir dari adanya factor penguat sebagai perilaku yang
meredakan ketegangan.
Manusia berperilaku agama karena didorong oleh rangsangan hukuman
dan hadiah. Menghindari hukuman (siksaan) dan mengharapkan hadiah (pahala).
Manusia hanyalah robot yang bergera secara mekanis menurut atas pemberian
hukuman dan hadiah.[1]
Menurut Abraham Maslow, salah seorang pemuka psikologi humanistic
menyatakan bahwa kebutuhan manusia memiliki kebutuhanyang bertingkat dari yang
paling dasar hingga kebutuhan yang paling puncak.
a.
Kebutuhan
fisiologis, yaitu kebutuhan dasar untuk hidup seperti makan, minum, istirahat
dsb.
b.
Kebutuhan
akan rasa aman yang mendorong orang untuk bebas dari rasa takut dan cemas.
c.
Kebutuhan
akan rasa kasih saying, antara lain pemenuhan hubungan antar manusia.
d.
Kebutuhan
akan harga diri.
Agama memang
tampaknya tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Agama sebagai fitrah
manusia telah diinformasikan oleh Al-qur’an:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah)
tetaplah atas firah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus. Tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS 30:30)
B.
Agama
dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi system tentang
prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi
kesehatan rohani. Orang yang sehat mentalnya yaitu orang yang dalam rohani atau
dalam hatinya selalu merasa tenang, aman dan tentram..sejumlah kasus yang
menunjukkan adanya hubungan antara factor keyakinan dengan kesehatan jiwa atau
mental tampanya sudah disadari para ilmuan beberapa abad yang lalu.pengobatan
penyakit batin melalui bantuan agama telah banyak dipraktekan orang.
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan
antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap Yang Maha Tinggi. Sifat pasrah yang serupa
akan memberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga akan muncul perasaan
positif seperti rasa bahagia, rasa senang, puas, atau rasa aman. Salah satu
cabang ilmu jiwa yang tergolong dalam psikologi humanistic dikenal
logoterapi (logos berarti makna dan juga rohani). Logoterapi dilandasi falsafah
hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi social pada
kehidupan manusia.
Logoterapi menunjukan tiga bidang kegiatan yang secara potensial
memberi peluang kepada seseorang untuk menemukan makna hidup bagi dirinya
sendiri. Kegiatan-kegiatan itu adalah :
1.
Kegiatan
berkarya, bekerja dan mencipta, serta melaksanakan dengan sebaik-baiknya tugas
dan kewajiban masing-masing.
2.
Keyakinan
dan penghayatan atas nilai-nilai tertentu (kebenaran, kebajikan, keindahan,
keimanan, dll).
3.
Sikap
tepat yang diambil dalam keadaan dan penderitaan yang tidak terelakkan lagi.[2]
Suatu kenyataan yang tampak jelas dalam dunia modern yang telah
maju atau sedang berkembang yaitu adanya kontradiksi-kontradiksi yang
mengganggu kebahagiaan orang dalam hidup. Kemajuan zaman seharusnya membawa
kebahagiaan bagi manusia karena segala sesuatu menjadi mudah. Akan tetapi
kenyataan yang terjadi kebahagiaan yang terjadi semakin jauh, hidup yang
dulunya sukar dalam hal materil kini telah berganti dengan kesukaran
mental(psychis). Hal yang demikian disebabakan oleh beberapa factor yaitu:
kebutuhan hidup yang menigkat, rasa individualitas dan egois,persaingan dalam hidup,keadaan
yang tidak stabil yang tidak diimbangi dengan agama yang kuat.
Kepada tuhan merupakan penolong yang ampuh untuk mengembalikan
ketenangan dan keseimbangan jiwa. Agama adalah obat penawar yang sejuk yang
akan memadamkan nyala yang bergejolak di dalam hati. Dapat dipastika bahwa
agama merupakan unsure yang terpenting dalam membina mental. Tanpa agama
rencana-rencana pembangunan tidak akan terlaksana dengan sebaik-baiknya, karena
dapatnya seseorang melaksanakan suatu rencana dengan baik tergantung kepada
ketenangan jiwanya.[3]
Selain itu manusia juga membutuhkan beberapa kebutuhan untuk menutupi
kekurangan-kekurangan yang dirasaan antara lain :
a.
Kebutuhan
akan rasa kasih saying
b.
Kebutuhan
akan rasa aman
c.
Kebutuhan
akan rasa harga diri
d.
Kebutuhan
akan rasa bebas
e.
Kebutuhan
akan rasa sukses
f.
Kebutuhan
akan rasa tahu (mengenal).
C.
Terapi
Keagamaan
Orang yang tidak merasa tenang, aman serta tenteram dalam hatinya
adalah orang yang sakit rohaninya atau mentalnya. Para ahli psikiatris mengakui
bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang
diperlukan untuk melangsungkan proses kehidupannya secara lancar.Tapi dalam
kehidupan sehari-hari tak jarang dijumpai bahwa seseorang tak mampu menahan
keinginan bagi terpenuhinya kebutuhan bagi dirinya.
Pendekatan
terapi keagamaan dapat dirujuk dari informasi al-qur’an. Firman Allah dalam
surat yunus:
“
Wahai manusia, sesungguhnya sudah datang dari tuhanmu al-qur’an yang mengandung
pengajaran, penawar bagi penyakit batin (jiwa), tuntunan serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman (Q.S Yunus 57)
Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada
dalam keadaan tenang, aman dan tentram.
Didalam
al-qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran islam banyak ditemukan ayat-ayat yang
berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa, diantaranya :
a.
Ayat
tentang kebahagiaan
Firman
Allah
“
dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan merekalah
orang-orang yang menang. (QS Ali Imron: 104)
b.
Ayat
tentang ketenangan jiwa
Siapa yang
bertakwa dan berbuat baik, maka ia tidak akan merasa takut dan sedih.. (QS
al-araf)
Jika terjadi
kesalahan yang akhirnya membawa kepada penyesalan orang yang bersangutan, maka agama
memberi jalan untuk mengembalikan ketenangan batin dengan minta ampun kepada
tuhan.
Tidak adanya
pegertian terhadap agama, menyebabkan orang tidak bisa menentramkan hatinya
sendiri. Agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi orang dari kejatuhan
kepada gangguan jiwa dan dapat pula mengembalikan kesehatan jiwa bagi orang
yang gelisah. Sembahyang, berdoa, dan permohonan ampun kepada Allah merupakan
cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan ketentraman dan ketenangan.[4]
IV.
KESIMPULAN
Psikologi agama merupakan salah satu
bukti adanya perhatian khusus para ahli psokologi terhadap peran agama dalam
ehidupan kejiwaan manusia. Agama dinilai sebagai bagian dari kehidupan pribadi
manusia yang erat kaitannya dengan gejala-gejala psikologi.
Kesehatan mental adalah ilmu yang
meliputi system tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta
prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani. Orang yang sehat
mentalnya yaitu orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa
tenang, aman dan tentram..sejumlah kasus yang menunjukkan adanya hubungan
antara factor keyakinan dengan kesehatan jiwa atau mental tampanya sudah
disadari para ilmuan beberapa abad yang lalu.pengobatan penyakit batin melalui
bantuan agama telah banyak dipraktekan orang.
Hubungan antara kejiwaan dan agama
dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan
jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap Yang Maha Tinggi.
Sifat pasrah yang serupa akan memberi sikap optimis pada diri seseorang
sehingga akan muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa senang, puas,
atau rasa aman.
Orang yang tidak merasa tenang, aman
serta tenteram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohaninya atau mentalnya.
Para ahli psikiatris mengakui bahwa setiap manusia mempunyai
kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang diperlukan untuk melangsungkan proses
kehidupannya secara lancar.Tapi dalam kehidupan sehari-hari tak jarang dijumpai
bahwa seseorang tak mampu menahan keinginan bagi terpenuhinya kebutuhan bagi
dirinya.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami
sampaikan kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangannya
maka dari itu, segala kritik dan saran yag membangun sangat kami nantikan guna
untuk menyempurnakan makalah kami berikutnya. Semoga makalah ini ada guna dan
manfaatnya baik kami pribadi maupun para pembaca yang budiman.
DAFTAR PUSTAKA
Darajat, Zakiah,
Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji Masagung. 1993)
Djalaluddin,
Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.1996)
[1]
Djalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.1996), hal. 133
[2]
Ibid, Djalaluddin, hal. 144
[3]
Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji
Masagung. 1993), hal. 88
[4]
Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji
Masagung. 1993), hal.78
Tidak ada komentar:
Posting Komentar