JENIS-JENIS DAN PENDEKATAN KONSELING KELUARGA
(SISTEM KELUARGA, PSIKODINAMIKA, PERILAKU SOSIAL
KELUARGA, STRUKTUR KELUARGA, STRATEGI KELUARGA)
Makalah
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Bimbingan
dan Konseling Keluarga
Dosen
Pengajar : Hj.
Mahmudah, S.Ag.,M.Pd.
Disusun Oleh :
Khofifah 111111033
Lestri Nurratu 111111038
Lili Qurotul A.S 111111039
Nafisah 111111046
FAKULTAS
DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Keluarga adalah lingkungan masyarakat
terkecil yang untuk pertama kalinya kita dapat belajar bersosialisasi dengan
dunia luar. Keluarga merupakan pondasi awal yang berperan penting terhadap diri
kita. Kehidupan keluarga yang harmonis memberikan efek positif bagi setiap
anggotanya. Baik dalam psikologisnya maupun biologisnya.
Kadang keluarga merupakan penyebab awal
dari permasalahan-permasalah yang dihadapi oleh masing-mansing anggotanya.
Karena permasalah keluarga yang sangat kompleks maka kiranya diperlukan
melakukan konseling kelluarga. Konseling keluarga pada dasarnya merupakan
penerapan konseling pada situasi yang khusus. Konseling keluarga diarahkan
untuk membantu seluruh anggota keluarga untuk diarahkan menjadi lebih baik guna
membentuk suatu keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah.
Dalam melakukan konseling keluarga terdapat
beberaa jenis dan pendekatan untuk memahami setiap persoalan dan berusaha untuk
mencoba memecahkannya. Diantaranya adalah konseling dengan menggunakan
pendekatan system keluarga, psikodinamika, perilaku social keluarga, struktur
keluarga, serta strategi keluarga.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
mencoba untuk membahas beberapa pendekatan yang berkaitan dengan konseling
keluarga itu sendiri.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana konseling dengan pendekatan
sistem keluarga (Family System Counseling)?
B. Bagaimana konseling dengan pendekatan
psikodinamika keluarga (Psycodinamic Family Counseling)?
C. Bagaimana konseling dengan pendekatan
perilaku sosial keluarga (Behaviour Social
Family Counseling)?
D. Bagaimana konseling dengan pendekatan
structural keluarga (Structural Family Counseling)
E.
Bagaimana konseling dengan pendekatan strategi konseling (Strategi
Family Conseling)
III. PEMBAHASAN
A. Konseling dengan Pendekatan Sistem Keluarga
(Family System Counseling)
Teori sistem adalah istilah umum mengkonsepkan
sekelompok elemen yang saling berhubungan, misalnya orang yang berinteraksi
sebagai satu entitas yang utuh, misalnya keluarga atau kelompok. Sebagai sebuah
konsep, teori sistem “lebih mirip pada suatu cara berfikir daripada teori yang
koheren dan standar”. Menurut teori sistem seorang ahli biologi Ludwig Von
Bertalanffly bahwa semua organisme yang hidup tersusun atas komponen-komponen
yang berinteraksi secara mutual, dan saling mempengaruhi satu sama lain. Fokus
sistem teori secara umum adalah bagaimana interaksi dari bagian-bagian dapat
mempengaruhi operasi sistem tersebut secara keseluruhan.[1]
Ada sejumlah pendekatan konseling yang didasarkan pada
teori sistem. Salah satunya adalah teori sistem Bowen, yang dikembangkan untuk
membantu orang membedakan dirinya dari keluarganya.[2]
Murray Bowen merupakan peletak dasar pendekatan
sistem. Menurutnya, keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi (disfungsioning
family). Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat
membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.[3]
Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang
dapat membuat anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat
anggota keluarga melawan yang mengarah pada individualitas. Sebagian anggota
keluarga tidak dapat menghindari sistem keluarga yang emosional yaitu yang
mengarahkan anggota keluarganya mengalami kesulitan (gangguan). Jika hendak
menghindar dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus memisahkan diri
dari sistem keluarga. Dengan demikian, dia harus membuat pilihan berdasarkan
rasionalitasnya bukan emosionalnya.[4]
Contoh kasus, pasangan suami istri yang menikah pada
tingkat kematangan emosional yang sama dibandingan dengan pasangan yang kurang
matang, yang lebih rentan mengalami permasalahan dalam hubungan pernikahan
mereka, daripada yang lebih matang. Ketika muncul gesekan besar dalam
pernikahan, pasangan yang kurang matang cenderung memperlihatkan tingkat fusi
yang tinggi (emosi kebersamaan yang tidak terbedakan) atau pemutusan (penghindraan
psikologis atau fisik) karena mereka belum memisahkan diri dari keluarga
asalnya dengan cara yang sehat, dan belum membentuk konsep diri yang stabil.
Ketika ditekan sebagai individu dalam perkawinan, mereka cenderung melakukan triangulasi
(memfokuskan diri dari pihak ketiga). Pihak ketiga dapat berupa perkawinan
itu sendiri, anak, institusi atau sekolah atau bahkan keluhan somatic.
Bagaimanapun juga, hal tersebut mengarah pada interaksi pasangan yang tidak
produktif.[5]
Teknik pada pendekatan ini terfokus pada cara untuk
menciptakan seorang individu dengan konsep diri yang sehat, yang mampu
berinteraksi dengan orang lain dan tidak mengalami ansietas berlebih, setiap
kali hubungannya mengalami tekanan. Cara untuk mencapai tujuan ini melibatkan
penilaian atas diri sendiri dan keluarga dengan sejumlah cara. Salah satunya
melalui konstruksi genogram multigenerasi. Genogram melibatkan
informasi yang berhubungan dengan suatu kelurga beserta hubungan masing-masing
anggotanya selama setidaknya 3 generasi terakhir. Genogram dapat
membantu orang dalam mengumpulkan informasi, hipotesis dan melacak perubahan
hubungan dalam konteks peristiwa masa lalu dan kontemporer.
Pendekatan Sistem Bowen memiliki kelebihan dan
kekurangan, kelebihan dari sistem ini adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan ini berfokus pada riwayat
keluarga multigenerasi dan pentingnya memahami dan menghadapi pola-pola dimasa
lalu, agar dapat menghindari pengulangan tingkah laku tertentu dalam hubungan
antar pribadi .
2. Pendekatan ini menggunakan genogram dalam
memplot hubungan riwayat, yang merupakan alat spesifik yang asalnya dari
pendekatan Bowen.[6]
Sedangkan kekurangan dari pendekatan sistem Bowen
adalah sebagai berikut
1. Pendekatan ini kompleks dan ekstensif.
Teorinya tidak dapat dipisahkan dari terapi. Dan jalinan tersebut membuat
pendekatan ini lebih mempunyai keterlibatan daripada kebanyakan pendekatan
terapi lainnya.
2. Klien yang dapat memetik keuntungan paling
banyak dari teori Bowen adalah yang mempunyai disfungsi berat atau pembedaan
diri yang rendah.
3. Pendekatan ini membutuhkan investasi cukup
besar pada berbagai tingkatan, yang mungkin sebagian klien tidak mau atau tidak
bisa melakukannya.[7]
B. Konseling dengan Pendekatan Psikodinamika
Keluarga (Psycodinamic Family Counseling)
Sigmund
Freud 1896, sebagai pendiri aliran ini mengemukakan pandangannya bahwa struktur
kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam
kesadaran dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut,
sedanhkan sebagian besar gunumg es yang terbenam itu adalah alam ketaksadaran
manusia. Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id, ego dan super ego.
Tujuan dan Proses Konseling
Tujuan
konseling
aliran psikoanalisis adalh untuk membentuk kembali struktur kepribadian klien
dengan jalan mengembalikan hal yang tak disadri menjadi sadar kembali. Proses
konseling dititik beratkan pada usaha konselor agar klien dapat menghayati,
memhami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama masa usia 2-5
tahun.[8]
Pada dasarnya teori Freudian atau psikodinamika
bersumber dari karya Freud yang digunakan untuk menolong orang yang memiliki
permasalahan emosional. Oleh karena itu banyak aspek dalam teori tersebut yang
merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana memfasilitasi perubahan terapeutik
dalam klien atau pasien. Freud menggunakan ungkapan “where id was, let ego
be” untuk merangkum tujuan, dengan kata lain ketimbang di setir oleh
kekuatan bawah sadar dan dorongan-dorongan, orang-orang akan menjadi lebih
rasional setelah mendapatkan terapi, lebih sadar terhadap kehidupan
emosionalnya dan lebih mampu mengontrol perasaannya dengan cara yang tepat.
Karena itu tujuan dari psikodinamika adalah mencapai pemahaman yang mendalam
terhadap permasalahan seseorang (misalnya akar masa kanak-kanak mereka).[9]
Terdapat beberapa teknik yang digunakan dalam
pendekatan psikodinamika, antara lain:
1. Penggunaan hubungan sistematik antara Klien
dan Konselor.
2. Melakukan identifikasi dan analisis
terhadap penolakan dan pertahanan.
3. Asosiasi bebas atau “katakan apapun yang
muncul dalam pikiran”
4. Menganalisis mimpi dan fantasi.
5. Interpretasi
6. Beragam teknik lainnya.[10]
C. Konseling dengan Pendekatan Perilaku Sosial
Keluarga (Behaviour Social Family
Counseling)
Teori tingkah laku pada konseling terfokus pada
tingkah laku klien yang luas cakupannya. Seringkali, seseorang mengalami
kesulitan karena tingkah laku yang kurang atau berlebihan dari kelaziman.
Konselor yang mengambil pendekatan tingkah laku berupaya untuk membantu klien
mempelajari cara bertindak yang baru dan tepat / membantunya mengubah dan
menghilangkan tindakan yang berlebihan. Pada kasus semacam ini, tingkah laku
adaptif menggantikan tingkah laku maladtif dan konselor berfungsi sebagai
spesialis pembelajaran bagi kliennya.
Pendekatan konseling tingkah laku sangat popular dalam
lingkungan institusional, seperti rumah sakit jiwa atau klinik jiwa. Ini adalah
pendekatan yang dipilih untuk klien yang mempunyai masalah-masalah khusus
seperti penyimpangan kebiasaan makan, penyalahgunaan obat dan disfungsi
psikoseksual. Pendekatan tingkah laku juga berguna dalam menangani kesulitan
yang berhubungan dengan kegelisahan, stress, kepercayaan diri, hubungan dengan
orang tua dan interaksi sosial. [11]
R. Paul Liberman, seorang Psikiater dari Calivornia,
telah menerapkan teori-teori dan prosedur konseling tingkah laku dalam
keluarga. Tugas terapis :
1. Menyebutkan secara panjang lebar mengenai
tingkah laku penyesuaian yang buruk (maladaptif behaviour).
2. Memilih tujuan-tujuan yang masuk akal dari
beberapa alternatif, tingkah laku yang sesuai (adaptif behaviour).
3. Mengarahkan dan membimbing keluarga untuk
mengubah tingkah laku yang tak sesuai dengan tingkah laku yang sesuai.
Dalam pengetrapan teori tingkah laku ke dalam
konseling keluarga, Liberman menekankan pada tiga hal pokok.
1.
Menciptakan dan memelihara konseling yang positif dengan jalan
menggunakan penguat sosial dan model.
2.
Mendiagnosis problem-problem keluarga ke dalam istilah tingkah laku.
3.
Mengimplementasikan prinsip-prinsip tingkah laku dari penguat dan model
(contoh) dalam hubungan interpersonal.
Liberman membedakan beberapa tingkah laku konselor
yang cenderung mengecilkan hubungan antar konselor dan klien. Bahkan ada
beberapa kritik bahwa konseling tingkah laku cenderung menggunakan pendekatan
mengajar secara mesin (teaching machine) terhadap perubahan kepribadian.[12]
Dalam membuat penilaian tingkah laku, Liberman
menanyakan pada tiap-tiap anggota keluarga bertutut-turut, apakah dia senang
melihat perubahan-perubahan dari keluarga lain, dan apakah dia menyukai
dibedakannya dengan dirinya, perbedaan
apa yang dikehendaki dilihat dari keluarga lain, jawaban-jwaban dari
pertanyaan-pertanyaan itu digunaka sebagai pedoman, sehingga dia dapat membuat
pilihan yang seksama terhadap tujuan tingkah laku yang spesifik. Analisis
tingkah laku belum selesai sesudah pertemuan pertama, tetapi harus dilakukan
secara rutin sampai problem tingkah laku mereka berubah.
Liberman menggunakan model atau permainan peranan
dalam melakukan penyembuhan. Model itu dapat salah satu dari konselor atau
anggota keluarga. Jika model menujnjukkan tingkah laku yang diinginkan berarti
bantuan yang diinginkan positif dan mungkin klien akan menirunya.
Dalam konseling tingkah laku mengutamakan pula adanya
kesepakatan antara konselor dan anggota keluarga untuk mengubah problem tingkah
laku yang sesuai. Liberman mengatakan bahwa pendekatan tingkah laku pada
konseling keluarga memerlukan keuletan tenaga dari konselor.[13]
D. Konseling dengan Pendekatan Structural
Keluarga (Structural Family Counseling)
Gerald H. Zuk seorang ahli psikoterapi dari
Philadelphia, mengembangkan konseling keluarga berdasarkan hubungan antara tiga
orang atau lebih. Pendekatan structural keluarga merupakan perbaikan dari model
dyad, yaitu terapi keluarga berdasarkan hubungan tiga orang dalam keluarga :
a. Antara ayah – ibu – anak
b. Antara anak – ayah – anak
c. Antara anak – ibu – anak
Karena kesulitan atau masalah keluarga
tersebut kemungkinan harus melibatkan dua orang atau lebih anggota keluarga
yang saling bertentangan. Dalam mengatasi pertentangan keluarga, seorang
terapis diharapkan mampu berperan sebagai penengah dan pelerai.[14]
Minuchin (1974)beranggapan bahwa masalah
keluarga sering terjadi karena struktur keluarga dan pola transaksi yang
dibangun tidak tepat.[15]
Mengubah struktur keluarga berarti menyusun kembali keutuhan dan menyembuhkan
perpecahan antara dan seputar anggota keluarga. Oleh karena itu, jika dijumpai
keluarga yang bernasalah perlu dirumuskan kembali struktur keluarga tersebut
dengan memperbaiki transaksi dan pola hubungan yang baru yang lebih sesuai.
Minuchin, mengemukakan beberapa teori
berkenaan dengan praktek konseling keluarga
struktural :
1. Keluarga
sebagai sistem manusia yang mendasar, dan alternatif-alternatif yang tersedia.
2. Nilai
fleksibilitas sistem dan kjapasitasnya untuk perluasan dan restrukturing
(pengstrukturan kembali) seperti dengan mengubah aliansi, koalisi sistem dan
subsistem dalam berespon terhadap perubahan keadaan.
3. Menguji
daya resonansi (keadaan respon) sistem keluarga, kesensitifan terhadap aksi
anggota lain. Perilaku anggota keluarga bergerak dari amat
sensitif/mencurigai/mengawasi hingga membiarkan saja (mas bodoh) dengan kasi
(perkataan, perbuatan, kecemasan, keluhan dan lain-lai) anggota keluarga.
4. Meninjau
suasana kehidupan keluarga, menganalisis faktor-faktor penunjang dan
faktor-faktor yang menimbulkan stres dalam ekologi keluarga.
5. Menguji
tahap perkembangan keluarga dan penampilan keluarga dalam melakukantugas sesuai
dengan tahap tersebut (misalnya: tugas anak umur 12 tahun tugas perkembangannya
bagaimana seharusnya; tetapi kenyataannya tugas itu mundur atau terlalu maju).
E. Konseling dengan Pendekatan Strategi
Keluarga (Strategig Family Counseling)
Ada sejumlah konsep dan proses yang
harus diterapkan yang berperan untuk strategi
family counseling untuk berhasil. Sesi awal
adalah salah satu dari proses-proses, dan dipecah menjadi lima bagian yang
berbeda, tahap sosial singkat, tahap masalah, tahap interaksional,
tujuan-setting panggung, dan akhirnya tahap tugas-pengaturan:[16]
1.
Tahap terapi singkat berusaha
untuk mengamati interaksi keluarga, menciptakan suasana tenang dan terbuka
untuk sesi, dan mencoba untuk mendapatkan setiap anggota keluarga untuk
mengambil bagian dalam sesi.
2.
Tahap masalah adalah di
mana terapis menimbulkan pertanyaan kepada klien untuk menentukan apa masalah
mereka dan mengapa mereka ada di sana.
3.
Tahap interaksional
adalah di mana keluarga didorong untuk mendiskusikan masalah mereka sehingga
terapis dapat lebih memahami masalah mereka dan memahami dinamika yang
mendasari dalam keluarga. Beberapa dinamika yang terapis keluarga
strategis berusaha untuk memahami adalah: hirarki dalam keluarga, koalisi
antara anggota keluarga, dan urutan komunikasi yang ada.
4.
Tujuan-setting panggung
digunakan untuk menyoroti isu spesifik yang perlu ditangani, masalah ini baik
yang diidentifikasi oleh anggota keluarga dan terapis. Selain itu ketika
membahas masalah yang diajukan awalnya diidentifikasi oleh keluarga, keluarga
dan terapis bekerja sama untuk datang dengan tujuan untuk memperbaiki masalah,
dan lebih baik menentukan parameter untuk mencapai tujuan tersebut.
5.
Tahap akhir dari sesi
awal adalah tahap tugas-pengaturan. Pada tahap tugas-pengaturan terapis
membungkus sesi dengan datang dengan pekerjaan rumah beton atau arahan keluarga
dapat lakukan di luar terapi untuk mulai mengubah masalah mereka. Sesi
terapi tambahan berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih untuk masalah
keluarga, dinamika, dan untuk menggali lebih dalam menangani kebutuhan mereka
melalui seorang terapis percaya diri, pengendalian, dan penyayang.
IV. KESIMPULAN
Teori sistem adalah istilah umum mengkonsepkan sekelompok elemen yang
saling berhubungan, misalnya orang yang berinteraksi sebagai satu entitas yang
utuh, misalnya keluarga atau kelompok. Sebagai sebuah konsep, teori sistem
“lebih mirip pada suatu cara berfikir daripada teori yang koheren dan standar”.
Menurut teori sistem seorang ahli biologi Ludwig Von Bertalanffly bahwa semua
organisme yang hidup tersusun atas komponen-komponen yang berinteraksi secara
mutual, dan saling mempengaruhi satu sama lain. Fokus sistem teori secara umum
adalah bagaimana interaksi dari bagian-bagian dapat mempengaruhi operasi sistem
tersebut secara keseluruhan.
Sigmund
Freud 1896, sebagai pendiri aliran ini mengemukakan pandangannya bahwa struktur
kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam
kesadaran dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut,
sedanhkan sebagian besar gunumg es yang terbenam itu adalah alam ketaksadaran
manusia. Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id, ego dan super ego.
Teori tingkah laku pada konseling terfokus pada
tingkah laku klien yang luas cakupannya. Seringkali, seseorang mengalami
kesulitan karena tingkah laku yang kurang atau berlebihan dari kelaziman.
Konselor yang mengambil pendekatan tingkah laku berupaya untuk membantu klien
mempelajari cara bertindak yang baru dan tepat / membantunya mengubah dan
menghilangkan tindakan yang berlebihan. Pada kasus semacam ini, tingkah laku adaptif
menggantikan tingkah laku maladtif dan konselor berfungsi sebagai spesialis
pembelajaran bagi kliennya.
Gerald H. Zuk seorang ahli psikoterapi dari
Philadelphia, mengembangkan konseling keluarga berdasarkan hubungan antara tiga
orang atau lebih. Pendekatan structural keluarga merupakan perbaikan dari model
dyad, yaitu terapi keluarga berdasarkan hubungan tiga orang dalam keluarga :
a. Antara ayah – ibu – anak
b. Antara anak – ayah – anak
c. Antara anak – ibu – anak
Ada sejumlah konsep dan proses yang
harus diterapkan yang berperan untuk strategi
family counseling untuk berhasil. Sesi awal
adalah salah satu dari proses-proses, dan dipecah menjadi lima bagian yang
berbeda, tahap sosial singkat, tahap masalah, tahap interaksional,
tujuan-setting panggung, dan akhirnya tahap tugas-pengaturan
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Saran dan kritik yang
membangun selalu kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah berikutnya. Semoga
ada manfaatnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Gladding, Samuel T. 2012.Konseling Profesi yang Menyeluruh Edisi ke
6. (Jakarta : PT Indeks)
Latipun. 2010. Psikologi Konseling Edisi Ketiga. (Malang : UMM
Press)
McLeod, John.2006.Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus.(Jakarta
: Kharisma Putra Grafika)
Suwarno, Sayekti Pujo. 1994. Bimbingan dan Konseling Keluarga.(
Jogjakarta : Menara Emas Offset )
http://aderahmatillahconseling.wordpress.com/bimbingan-konseling-keluarga/ Resume Buku Konseling Keluarga Prof. DR. H. Sofyan S.Wilis
Wikipedia.com/terapi-strategi-keluarga
[1] Samuel T. Gladding. 2012.Konseling Profesi yang Menyeluruh Edisi ke
6. (Jakarta : PT Indeks) Hal. 274
[8] http://aderahmatillahconseling.wordpress.com/bimbingan-konseling-keluarga/ Resume Buku Konseling Keluarga Prof. DR. H. Sofyan S.Wilis
[9] John McLeod.2006.Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus.(Jakarta
: Kharisma Putra Grafika) Hal. 96
[12] Sayekti Pujo Suwarno. 1994. Bimbingan dan Konseling Keluarga.(
Jogjakarta : Menara Emas Offset ) Hal.100
Tidak ada komentar:
Posting Komentar