Label

Rabu, 25 September 2013

Ikhtilaf Haji Menurut Lima Mazhab



I.                   PENDAHULUAN
Haji menurut bahasa berarti menyengaja sesuatu. Sedangkan menurut syara haji adalah menyengaja atau sengaja mengunjungi ka’bah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu.[1]
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang kelima. Wajib dilakasanakan bagi mereka yang mampu. Dalam arti mampu untuk membiayai perjalanan ibadah haji, sehat jasmani dan tidak ada kendala untuk melaksanakan haji dan juga membiayai hidupnya setelah pulang dari haji. Ibadah haji diwajibkan oleh Rasulallah sekali seumur hidup sesuai dengan hadits nabi sebagai berikut:
خَطَبَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا. فَقَالَ رَجُلٌ: أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلاَثًا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ. ثُمَّ قَالَ: ذَرُوْنِي مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوْهُ
“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan kami, beliau berkata: “Wahai sekalian manusia, sungguh Allah telah mewajibkan bagi kalian haji maka berhajilah kalian!” Seseorang berkata: “Apakah setiap tahun, ya Rasulullah?” Beliau terdiam sehingga orang tersebut mengulangi ucapannya tiga kali. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Kalau aku katakan ya, niscaya akan wajib bagi kalian dan kalian tidak akan sanggup.” Kemudian beliau berkata: “Biarkanlah apa yang aku tinggalkan kepada kalian. Sesungguhnya orang sebelum kalian telah binasa karena mereka banyak bertanya yang tidak diperlukan dan menyelisihi nabi-nabi mereka. Jika aku memerintahkan sesuatu kepada kalian maka lakukanlah sesuai dengan kesanggupan kalian. Dan bila aku melarang kalian dari sesuatu maka tinggalkanlah.”[2]

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana ikhtilaf syarat haji menurut lima mazhab ?
B.     Bagaimana ikhtilat rukun haji menurut kelima mazhab ?
C.     Bagaimana ikhtilaf wajib haji menurut lima mazhab ?

III.             PEMBAHASAN
Dalam melakukan ibadah haji perlu kita perhatikan mengenai syarat, rukun dan wajib haji. Dalam makalah ini akan membahas mengenai ikhtilaf lima mazhab mengenai syarat, rukun dan wajib haji adalah sebagai berikut:
A.    Syarat Haji
Syarat sah dalam melaksanakan ibadah haji antara lain adalah Islam, baligh, berakal, dan mampu.[3] Namun para ulama mazhab berpendapat lain. Berikut ini adalah syarat sah haji menurut para ulama mazhab
1.      Syarat-syarat haji menurut Mazhab Hanafi
a.       Islam, haji tidak wajib bagi orang kafir, hajinya tidak sah.
b.      Akal, tidak wajib bagi orang gila dan hajinya tidak sah.
c.       Baligh, tidak wajib bagi bayi tetapi bila sudah mumayyiz (bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk) hajinya diterima. Namun demikian setelah dewasa yang bersangkutan belum bebas dari fardu haji.
d.      Merdeka, tidak wajib haji bagi budak.
e.       Sehat jasmani.
f.       Memiliki bekal dan sarana perjalanan.
g.      Perjalanan aman.
Tambahan bagi wanita:
1. Harus didampingi suami atau mahramnya.
2. Tidak dalam keadaan iddah, baik karena cerai maupun kematian suami.
2.      Syarat haji menurut mazhab Maliki
a.       Islam, haji tidak wajib bagi orang kafir dan hajinya tidak sah.
b.      Akal, tidak wajib bagi orang gila dan hajinya tidak sah.
c.       Balig, tidak wajib bagi bayi tetapi bila sudah mumayyiz (bisa membedakan antara yang baik dengan yang buruk) hajinya diterima. Namun demikian setelah dewasa yang bersangkutan belum bebas dari fardu haji.
d.      Merdeka, tidak wajib haji bagi budak.
e.       Kemampuan
Tambahan bagi wanita:
Tidak disyaratkan adanya suami atau mahram tapi boleh melaksanakan haji bila ada teman yang dianggap aman, baik bagi wanita muda atau tua.
3.      Syarat haji menurut mazhab Syafi’i
a.       Islam, haji tidak wajib bagi orang kafir, hajinya tidak sah.
b.      Merdeka, tidak wajib haji bagi budak.
c.       Taklif (sudah mukallaf, yaitu berkewajiban melaksanakan syariat)
d.      Kemampuan, dengan syarat sebagai berikut:
1.    Ada perbekalan, makanan dan lain-lain untuk pergi dan pulang.
2.    Ada kendaraan
3.    Perbekalan yang dibawa harus kelebihan dari pembayaran hutang dan biaya keluarga yang ditinggalkan di rumah.
4.    Dengan kendaraan yang sudah jelas bahwa tidak akan mengalami kesulitan.
5.    Perjalanan aman.
Tambahan untuk wanita:
Ada pendamping yang aman dengan seorang wanita muslimah yang merdeka dan tepercaya.
4.      Syarat haji menurut mazhab Hambali
a.    Islam, haji tidak wajib bagi orang kafir dan hajinya tidak sah.
b.    Akal, tidak wajib bagi orang gila, hajinya tidak sah.
c.    Balig, tidak wajib bagi bayi tetapi bila sudah mumayyiz (bisa membedakan yang baik dengan yang buruk) hajinya diterima. Namun demikian setelah dewasa yang bersangkutan belum bebas dari fardu haji.
d.   Merdeka, tidak wajib haji bagi budak.
e.    Kemampuan
Tambahan bagi wanita:
Harus diikuti oleh mahramnya atau orang yang haram menikahinya selamanya.
B.     Rukun Haji
Rukun haji adalah amalan-amalan haji yang apabila ditinggalkan maka batal hajinya. Dalam hal ini, di antara para fuqaha terdapat perbedaan pendapat;
a.       Rukun haji menurut mazhab Hanafi
Menurut mazhab Hanafi rukun haji hanya ada dua yaitu wukuf di Arafah; dan empat kali putaran dalam thawaf ifadhah sedangkan tiga kali putaran lainnya sekedar wajib.
b.      Rukun haji menurut mazhab Maliki dan Hambali
Menurut mazhab Maliki dan Hambali rukun haji ada empat, diantaranya adalah:
a.       Ihram
b.      Thawaf ifadhah
c.       sa’i, dan
d.      wukuf di Arafat (hari Arafah).
c.       Rukun haji menurut Syafi’i
Menurut Mazhab Syafi’i ada enam,yaitu:
a. Ihram
b. Thawaf Ifadhah
c. Sa’i
d. Wukuf di Arafat (hari Arafah).
e. Memotong/menggunting rambut
f. Tertib
Yang dimaksud tertib di sini adalah mendahulukan ihram dari semua amalan haji. Melaksanakan wukuf sebelum thawaf Ifadhah dan menggunting rambut, melaksanakan thawaf Ifadhah sebelum sa’i kecuali yang telah sa’i pada waktu thawaf qudum (bagi yang melaksanakan haji ifrad atau qiran), maka setelah thawaf ifadhah tidak diharuskan sa’i lagi.
C.     Wajib Haji
a.       Menurut mazhab Hanafi:
1.    Syai’ antara bukit Shafa dan Marwah
2.    Bermalam di Muzdalifah
3.    Melempar jumroh
4.    Memotong atau memendekkan rambut (tahallul)
5.    Thawaf wada’
b.      Menurut mazhab Maliki:
1.  Bermalam di Muzdalifah
2. Mendahulukan lontar jumroh aqobah daripada mencukur rambut dan       thawaf ifadoh
3.  Bermalam diMina selama hari tasyrik
4. Melempar jumroh setelah terbit fajar dan setelah tergelincirnya matahari sampai tebenamnya matahari.
5.  Mencukur rambut
c.       Menurut mazhab Syafi’i:
1. Berihrom dari miqot
2. Melempar jumroh
3. Bermalam di Muzdalifah
4. Bermalam di Mina
5. Thawaf wada’
d.      Menurut mazhab Hambali
1. Berihrom dari miqot
2. Wuquf di Arafah sampai terbenam matahari
3. Bermalam di Muzdalifah
4. Bermalam di Mina
5. Melempar jumroh secara teratur dimulai dari jumrotul ula, wustho dan aqobah
6. Memotong atau memendekkan rambut (tahallul)
7. Thawaf wada’
IV.             KESIMPULAN
Mengenai syarat haji, para mazhab sependapat bahwa syarat sah haji adalah Islam, akal, sehat dan merdeka. Mengenai baligh ada perbedaan pendapat antara mazhab Syafi’I dengn para mazhab yang lain. Syafi’I memandang bahwa anak kecil jika dia sudah mumayyiz dan mendapatkan izin dari orang tuanya maka hajinya sudah sah.
Sedangkan rukun haji keempat mazhab mempunyai perbedaan yaitu, hanafi rukun haji hanya dua antara lain tawaf dan wukuf. Maliki dan hambali berpendapat bahwa rukun haji adalah Ihram, Thawaf, ifadhah, sa’i, dan wukuf di Arafat (hari Arafah). Syafi’I berpendapat bahwa rukun haji adalah Ihram, Thawaf Ifadhah, Sa’I, Wukuf di Arafat (hari Arafah), Memotong/menggunting rambut, Tertib.
Semua mazhab sepakat bahwa bermalam di muzdalifah, lempar jumroh, memotong rambut dan juga thawaf adalah  wajib haji. Namun ada perbedaan antara lain menurut Hanafi sya’I merupakan salah satu wajib haji. Maliki, Syafi’I dan Hambali berpendapat bahwa bermalam di Mina juga merupakan wajib haji. Dan Syafi’I dan Hambali berpendapat bahwa ihrom dari miqot juga merupakan salah satu wajib haji.
V.                PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Saran dan kritik yang membangun selalu kami nantikan demi kesempurnaan  makalah ini dan makalah berikutnya. Semoga ada manfaatnya. Amin





DAFTAR PUSTAKA
Dr. Wahbah Al Zuhaily, Fiqih, (Bandung: Pustaka Media Utama, 2006), hal:
Saleh al Fauzan, Fiqih sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hal: 307
Nogarsyah Moede Gayo, Pustaka pintar haji dan umrah, Inovasi, Jakarta:2003
Mughniyah, Muhammad jawad, fiqih lima mazdhab cet-6 (Jakarta: penerbit lentera, 2007) hal: 205


[2]
[3] Mughniyah, Muhammad jawad, fiqih lima mazdhab cet-6 (Jakarta: penerbit lentera, 2007) hal: 205

Tidak ada komentar:

Posting Komentar