I.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana teori
kepribadian pendekatan Trait menurut A.Maslow ?
B.
Bagaimana teori
kepribadian pendekatan Trait menurut Allport ?
II.
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan
Trait A. Maslow
Abraham Maslow dengan nama asli Abraham Harold Maslow, lahir di
Manhattan, New York 1 April 1908. Maslow menghabiskan masa anak-anaknya yang
tidak bahagia di Brooklyn. Dia sulung dari 7 bersaudaradari pasangan Samuel
Maslow dan Rose Scholosky Maslow. Sejak kecil Maslow tidak menyukai ibunya.
Ibunya merupakan salah satu wanita yang religious. Beliau sering mengancam
Maslow dengan hukuman-hukuman dari tuhan apabila Maslow tidak menuruti perintah
ibunya. Dari situ Maslow mulai menguji apakan hukuman dari tuhan itu ada dengan
cara dia selalu melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Namun ternyata
hukuman yang dikatakan oleh ibunya itu tidak pernah ada. Dari situ Maslow tida
mempercayai Agama dan dia menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang ateis.[1]
Abraham Maslow dikenal dengan teori
kebutuhannya. Teori Abraham
Maslow dimasukkan ke dalam paradigma traits karena teori ini menekankan
pentingnya peran kebutuhan dalam pembentukkan kepribadian. Dalam hal ini
kedudukan Maslow menjadi unik. Pada mulanya dia adalah kelompok behavioris.
Namun kemudian dia menyadari bahwa behaviorisme dan psikoanalisis yang
mengembangkan teori berdasarkan penelitian binatang dan orang neurotik, tidak
berhasil menangkap keajaiban nilai-nilai kemanusiaan. Akhirnya dia menjadi
orang pertama yang memproklamirkan aliran humanistik.[2]
Teori
kepribadian Abraham Maslow memiliki beberapa nama. Dari teori humanistic sampai
teori transpersonal, madzhab ketiga psikologi, daya keempat dalam kepribadian,
teori kebutuhan dan teori atualisasi diri. tetapiAbraham MAslo sendiri lebih
sua menyebut piirannya itu dengan teori dinamika holistic, karena teori ini
mengasumsikan keseluruhan pribadi manusia termotivasikan secara konstan ole
suatu kebutuhan atau kebutuhan lainnya, kemudian bahwa manusia memiliki potensi
untuk tumbuh berkembang menuju kesehatan psikologis yaitu aktualisasi diri.
Untuk mencapai aktualisasi diri manusia harus memuaskan kebutuhan tingkat
dasarnya terlebih dahulu seperti rasa lapar, rasa aman, dicintai, dan dihargai.
Hanya dengan memenuhi kebutuhan ini manusia bisa mencapai aktualisasi diri
sepenuhnya.[3]
Pandangan
humanisme dalam kepribadian menekankan hal-hal berikut :
1. Holisme
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkahlaku
sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian/komponen yang
berbeda.
2. Menolak riset binatang
Psikologi humanistik menekankan perbedaan antara tingkah
laku manusia dengan tingkah laku binatang. Riset binatang memandang manusia
sebagai mesin dan mata ratai refleks-kondisioning, mengabaikan karakteristik
manusia yang unik.
3. Manusia pada dasarnya baik, bukan
setan
Menurut Maslow, manusia memiliki struktur psikologik yang
analog dengan struktur fisik: mereka memiliki “kebutuhan, kemampuan, dan
kecenderungan yang sifat dasarnya genetik.” Kebutuhan, kemampuan dan
kecenderungan itu secara esensial sesuatu yang baik, atau paling tidak sesuatu
yang netral, itu bukan setan. Sifat setan yang jahat, destruksif dan kekerasan
adalah hasil dari frustasi atau kegagalan memuaskan kebutuhan dasar, dan bukan
bagian dari hereditas. Manusia mempunyai struktur yang potensial untuk
berkembang positif.
4. Potensi kreatif
Kreativitas merupakan ciri universal manusia, sejak
dilahirkan. Kreativitas adalah potensi semua orang, yang tidak memerlukan bakat
dan kemampuan khusus. Sayang, umumnya orang justru kehilangan kreativitas ini
karena proses pembudayaan (enculturated).
5. Menekankan kesatuan psikologik
Pendekatan humanistik mengarahkan pusat perhatiannya kepada
manusia sehat, kreatif, dan mampu mengaktualisasikan diri. Maslow berpendapat
psikopatologi umumnya hasil dari penolakan, frustasi, atau penyimpangan dari
hakekat alami seseorang. Dalam pandangan ini, apa yang baik adalah semua yang
memajukan aktualisasi diri, dan yang buruk atau abnormal adalah segala hal yang
menggagalkan atau menghambat atau menolak kemanusiaan sebagai hakekat alami.
Karena itu psikoterapi adalah usaha mengembalikan orang ke jalur aktualisasi
dirinya dan berkembang sepanjang lintasan yang diatur oleh alam di dalam
dirinya.
Konsep
Maslow berasumsi bahwa kebutuhan yang paling rendah tingkatannya (fisiologis)
harus dipuaskan atau terpenuhi terlebih dahulu sebagai stimulus untuk memenuhi
tingkat kebutuhan tingkat selanjutnya. Lima kebutuhan tersebut merupaan bentuk
dari kebutuhan konatif yang mencirikan motivasi.
Maslow
mendata kebutuhan-kebutuhan tersebut berdasarkan potensinya yaitu fisiologis,
rasa aman, rasa dicintai dan dimiliki, rasa dihargai, aktualisasi diri:
Jenjang
Need
|
Deskripsi
|
|
Metaneed
|
Self actualization needs
|
Kebutuhan orang untuk menjadi yang
seharusnya sesuai dengan potensinya. Kebutuhan kreatif, realisasi diri,
pengembangan self.
|
Basicneed
|
Esteem needs
|
|
Love needs/ Belongingness
|
Kebutuhan kasih sayang, keluarga,
sejawat, pasangan, anak.
Kebutuhan menjadi bagian dari
kelompok, masyarakat.
|
|
Safety needs
|
Kebutuhan keamanan, satabilitas,
proteksi, struktur, hukum, keteraturan, batas, bebas dari takut dan cemas.
|
|
Physiological needs
|
Kebutuhan homeostatik: makan,
minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks
|
Sebagai
tambahan dari kebutuhan yang lima ini, Maslow juga mengidentifikasikan tiga
kebutuhan dari kategori yang lain antara lain estetis, kognitif dan neurotic.
Pemenuhan kebutuhan kognitif dan estetis konsisten dengan kesehatan psikologis,
sementra deprivasi dari dua kebutuhan ini akan menghasilkan patologi. Sedangkan
kebutuhan yang neurotic akan tetap mengarah pada patologi entah terpenuhi atau
tidak.
a. Kebutuhan Estetis
Kebutuhan estetis tidak bersifat universal, karena tidak
banyak orang dari berbagai daerah yang tertarik dengan kebutuhan akan keindahan
dan pengalaman-pengalaman menyenangan secara estetis. Orang dengan kebutuhan
estetis kuat menginginkan lingkungan sekelilingnya indah dan teratur, dan jika
kebutuhan itu tida terpenuhi maka mereka akan menjadi sakit karena kebutuhan
konatifnya terhambat.
Manusia lebih suka keindahan daripada kejelekan, dan mereka
bisa sakit secara fisik dan spiritual jika dipaksa untuk hidup dalam lingkungan
yang kacau dan tidak teratur.[4]
b. Kebutuhan Kognitif
Sebagian orang memiliki keinginan-keinginan untuk mengetahui
sesuatu, memecahkan misteri, memahami sesuatu, dan ingin menyelidiki sesuatu.
Maslow percaya bahwa pribadi yang sehat ingin tahu lebih banyak, berteori
sesuatu, menguji hipotesis, menyingkapan misteri, atau menemukan bagaimana
sesuatu bekerja hanya demi epuasan mengetahui itu saja.
Sedangkan orang yang tidak terpenuh kebutuhan kognitifnya,
yang kekurangan akses informasi, dan yang sudah terbiasa berdalih untuk
menutupi perasaan kekurangan ini, akan melihat bahwa perasaan ingin tau
perlahan akan berubah menjadi racun patologis, sebuah patologi yang kemudian
mengambil bentuk skeptisisme, kenaifan, dan sinisme terhadap pengetahuan.
c. Kebutuhan Neurotik
Kebutuhan neukrotik bersifat nonproduktif, mengembangkan
gaya hidup yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak memiliki nilai dalam
kaitannya dengan perjuangan mencapai aktualisasi diri, gaya hidup reaktif,
berperan sebagai kompensasi dari kebutuhan dasar yang tidak tepenuhi[5]
Dengan cara yang sama, pribadi yang neurotic juga dapat
membangun hubungan dekat dengan orang lain, tetapi hubungan itu bersifat
neurotic, simbiosis yang lebih mengarah pada hubungan yang patologis dari pada
cinta sejati.
Kepuasan
kebutuhan hirarkis (konatif, estetik, dan kognitif) menjadi dasar dari
kesehatan fisik dan psikis seseorang, dan frustasi karena kegagalan memperoleh
kepuasan akan menimbulkan gangguan, penyakit pada taraf tertentu. Maslow
mengemukakan, manusia masih mempunyai kebutuhan yakni kebutuhan neurotik, yang
bekerja terpisah dari kebutuhan lainnya. Frustasi karena kebutuhan hirarkis
tidak terpenuhi, dalam keadaan yang ekstrim dan berjangka lama dapat berubah
menjadi kebutuhan neukrotik.
Maslow
percaya bahwa kita semua dapat menjadi pengaktualisasi diri yang baik karena
hakekat kemanusiaan memiliki potensi luar biasa untuk menjadikan kita manusia
yang unggul.jika belum mencapai tingkatan tertinggi, bukan kita disebabkan
karna kecacatan atau patologi tertentu, kita gagl memenuhi aktualisasi diri
jika tingkat kebutuhan untuk dicintai terhalang atau jika kita tidak dapat
memenuhi kebutuhan akan makan, rasa aman, dicintai atau dimiliki dan di hargai
.
B.
Pendekatan
Trait Allport
III.
KESIMPULAN
IV.
PENUTUP
Demikian makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dalam
penyusunan baik penulisan, maka dari itu diharapkan saran untuk perbaikan
makalah ini dan untuk makalah selanjutnya. Semoga bisa bermanfaat. Amiiin
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Jess Feist & Gregory J. Feist, THEORIES OF PERSONALITY, 2008, (Yogyakarta: Pustaka Belajar), hal: 242
[3]
Op.Cit, Jess Feist & Gregory J. Feist, hal: 241
[4]
Jess Feist & Gregory J. Feist, THEORIES OF PERSONALITY, 2008, (Yogyakarta: Pustaka Belajar), hal:
[5] Op.Cit http://nurvianamazing.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar