HADITS TENTANG ASAS KERAHASIAAN DAN MENJAGA AGAR KLIEN TIDAK MERASA JENUH
Makalah
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Hadits Dakwah
Dosen
Pengampu: Bp. Abdul Sattar
Disusun
Oleh :
Lestri
Nurratu ( 111111038
)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Al-Ashr
ayat 1-3
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam
kerugian, kecuali mereka yang beriman dan mengejrjakan amal shaleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Dakwah merupakan kewajiban bagi seluruh umat manusia di dunia ini. Salah
satu cara untuk berdakwah adalah dengan bimbingan konseling (nasehat) yaitu
dengan menasehati yang baik dan menyuruh meninggalkan yang buruk. Dalam setiap kegiatan konseling yang dilakukan, seharusnya ada sesuatu asas atau dasar yang melandasi
dilakukannya kegiatan tersebut. Atau dengan kata lain, ada asas yang dijadikan
dasar pertimbangan kegiatan itu. Demikian pula hal nya dalam kegiatan bimbingan
dan konseling, ada asas yanng dijadikan asar pertimbangan kegiatan itu. Menurut
Prayitno ada dua belas asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam makalah ini kami akan mencoba
membahas hadits yang berkenaan dengan salah satu dari kedua belas asas tersebut
yaitu hadits tentang asas kerahasiaan. Selain itu dalam makalah ini juga akan
membahas hadits yang berkenaan dengan beberapa sikap yang harus dimiliki oleh
konselor diantaranya hadits lemah lembut, menggembirakan.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana bunyi
hadits yang berkenaan dengan menjaga kerahasiaan ?
2.
Bagaimana
hadits yang berkenaan dengan sikap konselor ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Hadits
Menyimpan Rahasia
Asas berarti dasar (sesuatu yg menjadi tumpuan berpikir atau
berpendapat), dan asas juga bisa
diartikan sebagai ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam
penyelenggaraan pelayanan itu. Dan dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling.
Diantaranya adalah asas kerahasiaan.
Rahasia bisa diartikan sebagai sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui
orang lain. Di mana segala sesuatu yang dibicarakan klien
kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal
atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui oleh orang lain. Berikut hadits
mengenai asas kerahasiaan:
رَوَى
مُسْلِمٌ عَنْ ثَا بِتٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَتَى عَلَيَّ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَسَلَّمَ
عَلَيْنَا فَبَعَثَنِي إِلَى حَاجَةٍ فَأَبْطَأْتُ عَلَى أُمِّي فَلَمَّاجِئْتُ قَالَتْ
مَا حَبَسَكَ قُلْتُ بَعَثَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَةٍ
قَالَتْ مَاحَاجَتُهُ قُلْةُ إِنَّهَاسِرٌّقَالَتْ لَاتُخْبِرَنَّ بِسِرِّرَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَحَدًاقَالَ أَنَسٌ وَاللهِ لَوْحَدَّثْتُ
بِهِ أَحَدًالَحَدَّثْتُكَ بِهِ يَاثَابِتُ
Artinya : Muslim meriwayatkan pada Tsabit, dari Anas r.a, ia
berkata: “Rasulullah SAW pernah menemuiku tatkala aku tengah bermain bersama
anak-anak sebayaku. Beliau mengucapkan salam kepada kami. Setelah itu beliau
mengutusku untuk suatu keperluan, namun aku lalu menemui ibuku dan berlama-lama
disana. Ibuku lalu bertanya: ‘apa yang membuatmu tak bermain lagi?’ Aku menjawab:
‘Rasulullah SAW mengutusku untuk suatu keperluan.’ Ibuku bertanya: ‘Apa yang
menjadi keperluan beliau?’ Aku menjawab: ‘Keperluan beliau yang satu ini
bersifat rahasia.’ Ibu berkata: ‘Sekali-kali janganlah engkau memberitahukan
rahasia Rasulullah SWA kepada seorangpun.’” Anas berkata kepada Tsabit:
“Sekiranya aku boleh memberitahukan kepada seseorang, tentu aku member tahunya
kepadamu, wahai Tsabit.” (HR Muslim).[1]
Asas kerahasiaan ini merupakan kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan maka penyelenggara atau
pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak. Sebaliknya, jika
konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah
kepercayaan klien. Mereka akan takut meminta bantuan sebab khawatir masalah dan
diri mereka akan menjadi gunjingan.[2]
Sebagaimana
firman Allah dalam surat Al-Mu’minun ayat 8.
Artinya: “….Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya.”[3]
B.
Hadits Mengenai
Sikap yang Harus dimiliki Konselor
Selain menjaga
rahasia di dalam proses bimbingan dan konseling juga diperlukan adanya
management waktu agar konseli tidak merasa bosan dengan proses konseling
tersebut. Dalam hadits menyebuutkan
وَعَنْ اَبِى وَائِلٍ
شَقِيْقِ بْنِ سَلَمَةَ قَالَ : كَانَ ابْنُ مَسْعَوْدٍرَضِيَ اللهُ عَنْهُ يُذَكِّرُنَا
فِى كُلِّ خَمِيْسٍ, فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَااَبَاعَبْدِالرَّحْمنِ لَوَدِدْتُ اَنَّكَ
ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ, فَقَالَ : اَمَااِنَّهُ يَمْنَعُنِى مِنْذلِكَ اَنِّى
اَكْرَهُ اَنْ اُمِلَّكُمْ, وَاِنِّى اَتَحَوَّ لُكُمْ بِلْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ
رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَامُخَافَةَ
السّامَتِ عَلَيْنَا
Artinya: “Dari Abu Syaqiq bin Salamah, ia berkata; “setiap hari
kamis Ibnu Mas’ud ra bisa member nasehat kepada kami. Waktu itu ada yang usul :
“Wahai Abu Abdurrahman, saya lebih senang apabila kamu mau menasehati kami
setiap hari.” Ibnu Mas’ud menjawab: “Sebenarnya saya bisa member nasehat setiap
hari. Hanya saja, saya khawatir kalau kalian menjadi bosan. Saya sengaja
membatasinya sebagaimana Rasulullah SAW melakukannya kepada kami. Beliau juga
khawatir kalo kami merasa bosan.” (HR Bukhori-Muslim).[4]
Pada proses konseling, keberhasilan tidak hanya
ditentukan oleh seberapa profesional seorang konselor dalam menjalankan
profesinya, seberapa profesional ia mempraktekan teori-teori yang telah
dipelajarinya. Akan tetapi, jauh dibalik itu akhlak seorang konselor juga menjadi
penentu keberhasilan proses konseling itu.
Sebagai orang
muslim, Nabi Muhammad SAW adalah contoh
teladan akhlak yang baik. Konselor bisa menerapkan akhlak Rasululullah dalam
kehidupan sehari-harinya sehingga ketika melakukan proses konseling, ia disukai
klien dan proses konseling yang ia lakukan berjalan baik.
Karena konselor merupakan acuan dan pedoman bagi klien, maka sudah selayaknya
konselor perlu memiliki akhlak islami. Sifat yang harus dimiliki oleh konselor diantaranya adalah
وَعَنْ اَنَسٍ رَضِىَّ ا للهُ عَنْهُ النَّبِىِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوْا, وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
yang
artinya : “Dari Anas r.a. dari Nabi SAW., Beliau bersabda : “permudahlah dan
jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan mempergusarkan!” (HR.
Bukhari-Muslim).[5]
Hadits
ini merupakan suatu pengarahan dimana seorang konselor (Da’i) dalam melakukan
konseling kepada klien hendaknya mereka selalu bersikap dan bertingkah yang
ceria dan menggembirakan. Karena tingkah demikian akan menarik hati dan orang
akan condong kepadanya. Dan janganlah bersikap yang menggusarkan dan menakutkan
karena sikap seperti itu bukan membuat orang segan tapi malah sebaliknya, sikap
seperti itu akan membuat orang lari menjauhi kita.
Dalam
Q.S At-Thaahaa menyebutkan
Yang
artinya: “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
وَعَنْ جَرِ يْرِ بْنِ عَبْدِ ا للهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ يَقُوْلُ : مَنْ يُحْرَمِ
الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَكُلَّهُ
Artinya:
“Dari Jarir bin Abdillah r.a., ia berkata : aku pernah mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “siapa yang tidak dianugrahi sifat kelembutan
maka ia tidak dianugrahi kebaikan apa saja”.
(HR. Muslim)[6]
Seorang konselor yang tidak mempunyai sifat kelembutan, maka dalam
melakukan proses konseling akan menciptakan suasana yang kaku atau tidak nyaman
akibatnya akan tercipta suasana yang tidak menyenangkan.
IV.
KESIMPULAN
Kerahasiaan ini merupakan kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan maka penyelenggara atau
pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak. Sebaliknya, jika
konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah
kepercayaan klien. Mereka akan takut meminta bantuan sebab khawatir masalah dan
diri mereka akan menjadi gunjingan.
Selain menjaga rahasia di dalam proses bimbingan dan konseling juga
diperlukan adanya management waktu agar konseli tidak merasa bosan dengan
proses konseling tersebut. Pada proses konseling, keberhasilan
tidak hanya ditentukan oleh seberapa profesional seorang konselor dalam
menjalankan profesinya. Akan tetapi, jauh dibalik itu akhlak seorang konselor
juga menjadi penentu keberhasilan proses konseling itu. Contohnya adalah dengan sikap
lemah lembut dan juga menggembirakan.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Saran dan kritik yang
membangun selalu kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah berikutnya. Semoga
ada manfaatnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Hallen A, BIMBINGAN DAN KONSELING, 2005, (Jakarta: PT.
Ciputat Press)
Imam Nawawi, RINGKASAN RIYADHUSH SHALIHIN, 2006, (Bandung:
IBS)
Husaini A. Majid Hasyim, SYARAH RIYADHUSH SHALIHIN 2,
1993, (Surabaya: PT Bina Ilmu)
[1]
Imam Nawawi, RINGKASAN RIYADHUSH SHALIHIN, 2006, (Bandung: IBS), hal:
399
[2]
Hallen A, BIMBINGAN DAN KONSELING, 2005, (Jakarta: PT. Ciputat Press), hal:
62-63
[3]
Al-qur’an al-karim
[4]
Op. Cit, Imam Nawawi, hal: 641
[5] Husaini
A. Majid Hasyim, SYARAH RIYADHUSH SHALIHIN 2, 1993, (Surabaya: PT Bina Ilmu), hal
: 442
[6]
Ibid, Husaini A. Majid Hasyim, hal : 443